Kamis, 19 November 2009

MELANGKAH KE PUNCAK GUNUNG ANAK KRAKATAU

Wisata alam Krakatau Lampung menjelajah darat, pantai, laut, dan gunung. Tujuan utama kami adalah melaksanakan pengobatan massal di Pulau Sebesi kemudian melanjutkan perjalanan ke Gunung Krakatau.

Kami satu rombongan yang terdiri dari petugas dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan dan Pusat Kesehatan Masyarakat ( Puskesmas ) Way Muli mengadakan pegobatan massal pada masyarakat di Pulau Sebesi. Diperkirakan seribu pasien akan berobat pada saat itu.








Petugas dari berbagai profesi kesehatan meliputi dokter, kesehatan masyarakat, analis kesehatan, perawat, bidan, dan lainnya siap berangkat dari puskesmas pembantu ( Pustu ) Canti menuju dermaga yang terletak di depan pustu untuk menyeberang ke Pulau Sebesi.








Kami menyeberang jam 09.00 mencarter kapal motor untuk membawa rombongan, perbekalan obat dan kelambu ( dek dalam ) yang akan dibagikan ke masyarakat untuk mencegah penularan penyakit malaria. Sarana transportasi sangat diperlukan untuk wilayah kepulauan sehingga kami membawa sepeda motor sebanyak 3 unit yang diletakkan di dek atas. Keadaan cuaca terang, ombak kecll dengan tinggi maksimal kira-kira setengan meter, angin semilir yang membuat suasana penumpang di dek dalam dan diatas kapal sangat menikmati perjalanan yang ditempuh dalam waktu 2 jam.






Jam 11.00 rombongan sampai dermaga Pulau Sebesi disambut tim dari pulau langsung menuju pustu. Selanjutnya, rombongan dibagi tiga kelompok & bagi tugas yaitu di pustu Tejang, Regah Lada & Segenom.








Mengobati pasien dari jam 12.00 sampai jam lima sore, pasien berobat sejumlah 700 orang, semua mendapat obat dan kelambu. Warga yang belum sempat berobat pada hari ini akan dilayani besok pagi yang diperkirakan masih ada 300 warga yang akan berobat. Direncanakan petugas untuk besok cukup satu kelompok sedangkan kelompok yang lain akan melanjutkan perjalanan ke gunung krakatau.






Capek perjalanan yang dilanjutkan pengobatan massal terobati dengan makan malam jam 19.00. menu khas wilayah pantai yaitu sayur asem, sambal terasi, ikan laut, ketimun, daun kemangi, pete dan jengkol.







Kami berangkat ke Krakatau jam 09.00. Tiga puluh menit pertama, ombak kecil dan laut tenang karena posisi kapal masih disekitar Pulau Sebesi. Tiga puluh menit ke dua posis kapal di tengan samudra antara Pulau sebesi dan Palau Krakatau, disini ombak makin besar dan angin makin kuat, terasa kapal oleng ke kanan dan ke kiri sehingga banyak banyak kaum wanita yang ketakutan sehingga memilih memejamkan mata sambil tiduran ( inilah tidurnya orang ketakutan ditengan laut ).






Tiga puluh menit ketiga atau terakhir, posisi kapal makin mendekati krakatau ombak kecil dan laut tenang karena tiupan angin dan ombak samudra terhalang kepulauan krakatau.







Jam 11.30 rombongan menginjakkan kaki di pantai anak gunung krakatau. Bikin photo di baliho ” CAGAR ALAM KRAKATAU ”.




Dibelakang ” CAGAR ALAM KRAKATAU ” ada informasi tentang peta Cagar Alam Krakatau ( gambar atas sebelah kiri ) yang terdiri dari Pulau Anak Krakatau di bagian tengah, Rakata dibagian bawah, Sertung di bagian kiri dan Panjang di bagian kanan. Adapun info disebelah kanan ” Cagar Alam Krakatau ” yaitu tentang Perhatian Bagi Pengunjung yang berisikan wajib lapor dan di dampingi petugas dan seterusnya.
Disebelah kanan ” Perhatian Bagi Pengunjung ” kira-kira 5 meter ada info tentang Sejarah Vulkanologi dan Suksesi Alam:
1. Pada jaman Prasejarah, Gunung Krakatau meletus dan menyisakan tiga pulau kecil yaitu Pulau rakata, Panjang dan Sertung.
2. Pada tanggal 27 agustus 1883 gunung ini meletus lagi sehingga terbentuk lubang di bagian tengah.
3. Pada tahun 1927 timbul gunung kecil yang diberi nama Gunung Anak Krakatau.
4. Sekarang ( Hari Sabtu tanggal 9 November 2009 ) saya dkk menginjakkan kaki di sini tepat jam 11.30.
5. Suksesi alam antara lain berisikan tentang flora dan fauna di empat pulau ini.





Selanjutnya, mari kita mulai berjalan setapak demi setapak dan benar-benar melewati jalan setapak di rerimbunan pohon dan vegetasi sejauh sekitar 100 meter dan kondisi jalan datar. Langkah awal perjalanan yaitu jalan di sebelah kiri info Sejarah Vulkanologi.







Setelah melewati jalan setapak, kita melihat jalan lebar dengan kemiringan sekitar 30 derajat sejauh 200 meter yang dipenuhi pasir cukup panas bila berjalan tanpa alas kaki. Tampak pada gambar diatas, bekas aliran air hujan dan alang-alang yang meranggas serta harus bertahan di tempat panas. Namun untuk pohon pinus / cemara masih nampak hijau subur. Setelah melewati jalan ini, jalan makin terjal dan makin panas seperti yang tampak pada gambar dibawah ini.



Rombongan mulai terpecah menjadi beberap kelompok. Ada yang istirahat, namun adapula yang melanjutkan pendakian.





Tampak dikejauhan sana adalah Gunung Rakata ang mengeluarkan asap.
Anak gunung krakatau ini diperkirakan memiliki sudut kemiringan sekitar 30 derajat. Dibawah kaki ini yang ada hanya pasir dan bebatuan serta udara yang cukup panas. Hembusan angin makin keatas makin kuat namun tidak mampu mengurangi hawa panas yang ada. Sampai disini, rombongan yang semula 18 orang hanya sisa 6 orang, yang lain berteduh di bawah pohon pinus. Anehnya, rombongan ini tidak ada yang membawa makanan dan minuman, semua konsumsi tertinggal di kapal.
Ke-6 orang ini terbagi dua kelompok yang masing-masing 4 orang dan 2 orang.






Photo diatas adalah kelompok 4 orang ( hanya 3 orang karena yang satu pegang kamera ) yang akan melanjutkan kepuncak melalui jalan kekanan yang agak landai, sedangkan kelompok 2 orang melanjutkan perjalanan melewati jalan lurus disebelah kiri tempat berphoto, sayang jalan pintasnya tidak tampak. Setelah berjalan 20 meter, saya tidak sanggup melanjutkan jalan lagi, sudah sangat haus & tidak bawa air minum, maka saya ( berkaos putih & berjaket ) putuskan untuk turun dan ikut bergabung dengan rekan yang berteduh lebih dulu. Peserta yang tersisa tinggal 5 orang terus menuju kepuncak dan sampailah di puncak anak gunung krakatau seperti pada gambar dibawah ini.










Dua kelompok yang mengambil jalan lurus dan jalan landai yang berjumlah 5 orang telah bertemu di puncak yang dapat didaki. Adapun puncak yang tampak di latar belakang adalah puncak tertinggi anak gunung krakatau yang tidak dapat didaki oleh wisatawan karena keadaan sangat terjal, panas, berpasir dan batu. Tampak dalam gambar, pasir dan batupun runtuh maka orangpun jika mendaki dapat dipastikan akan runtuh pula.







Krakatau, sebuah gunung pasir yang berketinggian hanya dua ratusan meter, nama yang go internasional, namun belum ada yang mampu sampai ke puncak tertinggi.